Selasa, 03 September 2013

ngesek dg tante dan mahasiswi

Kejadian cerita seks ini berawal pada pertengahan bulan Mei tahun 2010, pesta seks yang aku lakukan dengan beberapa wanita abg ini sungguh mengesankan dan tidak pernah aku lupakan pengalamanku ini. Sungguh cerita panas dan cerita dewasa yang aku rasakan kali ini membuat gairah dan gelora jiwa mudaku bergejolak. Diawali dengan phone seks, masturbasi dan terjadilah kenikmatan ngentot memek dan pepek-pepek wanita abg yang yahud ini.

Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,
“Hey.. kok.. melamun?” katanya.
Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.
“Eee.. Ditanya kko masih diam sih?” wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,
“Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?”
“Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?”
“Kemana Tante?” tanyaku.
“Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?” karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.

Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.

Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,
“Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam?” yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.
“Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai”, kata Mbak Hanny.
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.

“Nah dewa sekarang tinggal kita berdua”, katanya.
“Mrmangnya ada apa tuh Tante?” kataku heran.
“Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak,” begitu timbalnya.
“Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki”, sambil memeluk aku dan memohon,
“Yah sayang? Mau kan?” katanya lagi
“Ii.. Yaa, mau.. Tante?” jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.

Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. “Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?” gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.

Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. “Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh..” desahku.
“Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta,” kata Tante Mey.
Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.

“Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?”
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.
“Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?”
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.
“Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta?” Tante Mey meringis memohon.

Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..
“Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?”
“Kenapa Tante?”
“Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?”
“Ooohh..?” jawabku.
“Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis,” katanya.
Selang beberapa menit,
“Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?”
“Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?”

Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.
“Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang?” lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.
“Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..?” ceracaunya.

“Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?” timbalku.
Tiba-tiba, “Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?”
“Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?”
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.
“Tante aku mau keluar nih..?” kataku, “Dimana nih keluarinnya..?”
“Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?”
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..
“Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?” erangku.

Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,
“Ada apa Mbak?” tanyaku.
Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,
“Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..”
Dia mempertegas, “Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak,” sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.
“Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku,” jawabku vulgar.
“Kita entotannya dilantai karpet aja yah?” kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, “Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang,” dia mempertegas.

Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..
“Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..?” erangnya.
“Sakit Mbak?” tanyaku.
“Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?”
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?
“Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..?” sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.
“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”

Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.
“Iiihh.. Kakak lagi ngapain?” mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.

Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,
“Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?”
“Ii.. ittuu.. ada..?”
“Ada apa?” katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,
“Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!”
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. “Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang?” kata Mbak Hanny.
“Kak aku ingin ngerasain dientot yah?” tanya Shelly sama kakaknya.
“Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa,” timbal poppy.
“Iyah kan Kak?” tanya poppy pada Shelly.
“Iyah nih.. Gimana sih..?” timbal Shelly.
“Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut?” terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.
“Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?”
“Sini jangan ribut..” kata Kakaknya lagi, “Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis” Tanya kakaknya.
“Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..”

Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.
“Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..?” erangan Mbak Hanny.
“Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali”

Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.

Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.
“Benar nih, vagina kamu mau aku masukin?” tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.
“Mau sekali Kak..?” jawabnya.
“Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia?” jawab polosnya.

Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..
“Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..?” sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.
“Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?”
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.
“Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak?” katanya.
“Iyah Shelly sayang, gimana enak kan?” tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.
“Enak.. sekali.. Kak Dewa..”
“Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi?” lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..
“Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh..” eranganya.
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.
“Sudah dong kak..?” kataku pada Mbak Hanny.
“Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini?” kataku lagi

“Iyah Kak Hanny, sudah dong kak?” kata Poppy.
“Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali?” katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.
Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.
“Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.”
“Bleess.. Bless.. Bleess..”

“Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh..” Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.
“Sakit yah?” tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.
“Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut,” katanya.
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.
“Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah..” ceracaunya.
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.
“Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..”

Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,
“Aku mau keluar nih?”
“Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..”
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..
Crott.. Croott..
“Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..?” eranganya.
“Makasih.. Yah kak..?” sambil dia tersenyum.
“Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.”
“Aku mau keluar nih, dimana sayang?” tanyaku.
“Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..”
Ccrroott.. Crroott.. Crott..
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.

Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante. Tamat

Senin, 02 September 2013

Ku digilir Adek & Lina

Namaku Son, mahasiswa semester III unimed, tinggiku 168 cm dan berat 58 kg.

Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung sibayak bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung sibayak. Aku sedang beristirahat sendirian dis***** Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.

Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung sibayak *****

Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.

”Halo Mas?” sapa salah satu cewek itu padaku.

Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.

”Halo juga” jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
”Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanyaku coba berbasa-basi.
”Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..” jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
”Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.

Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.

”Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?” jawabku.

Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.

Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.

Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.

”Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut ********
”Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina” katanya lagi.
”Namaku Son” jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
”Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih..” tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
”Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawabku.

Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.

”Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” godaku pada Adek.
”Tolong deh Mas.. Adek capek banget” “Nanti gantian deh..” rayu Adek padaku.
”Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” godaku lebih lanjut.
”Maunya tuh.. tapi bereslah..” jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.

Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ***** Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.

Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.

”Emangnya ini di warung” kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.

Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.

”kamu sakit ya Lin?” tanyaku.
”Nggak Mas hanya kedinginan” katanya pelan.
”Butuh kehangatan tuh Mas Son” potong Adek sekenanya.

Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.

”Masih pada kuat jalan nggak?” tanyaku pada 2 orang cewek *****
”Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan” lanjutku.

Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.

”Duer!!”

Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.

”Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kataku sambil mematikan kompor parafinku.
”Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.

Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ***** Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.

Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.

”Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.
”Tapi copot sepatunya” lanjutku kemudian.

Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,

”Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucapku pada Adek dan Lina.
”Mas Son gak kedinginan..” tanya Lina tiba-tiba.
”Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?” jawabku apa adanya.
”Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil” kataku mencoba bercanda.
”Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga” kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.

”Waduh, gak salah denger nih?” pikirku.

Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.

”Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.

Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.

”Badan Mas Son hangat ya Lin?” kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
”Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi” jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.

Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.

”Ehm..” aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.

Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.

”Ehm..” Adek ternyata hanya berdehem pelan.

Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.

”Aah.. Mas Son” suara Adek terdengar lirih.
”Ada apa Dek?” tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
”Kamu masih kedinginan ya?” kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.

Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.

”Ah.. Mas Son..” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.

Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.

”Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan” kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.

Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.

”Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss” ucapku dalam hati.

Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.

”Mas sakit Mas pundak Lina” kata Lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.
”Oh maaf Lin” jawabku dengan terkejut.

Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.

”Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi” kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.

”Waduh.. bagaimana ini” pikirku dalam hati.

Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.

Aku yakin walau suasananya remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.

”Ah.. ah.. Mas Son..” gumam Adek lirih.
”Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah..” lanjutnya.

Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan ******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.

”Aaahh.. sshh..”

Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.

Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.

Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.

”Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..” ujarku dengan nafas tersengal.

Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.

Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian mencium dan menjilat permukaan ******ku.

”Aah..” aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.
”Aargh .. Dek, enak sekali Dek” erangku.

”Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir” gumamku dalam hati.

Saat Adek masih asik berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.

”Lin, aku ingin cium bibir kamu” bisikku perlahan di telinga Lina.

Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.

”Eemh ..” suara yang terdengar dari mulut Lina.

Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.

”Aah.. ah..” Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
”Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Adek tiba-tiba.

Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.

”Adek masukkin ya Mas” kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.

Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan ******ku masuk ke dalamnya.

”Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek” katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
”Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son” kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.

Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.

”Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas” erang Adek memelas.

Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.

”Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni..” katanya bernafsu.

Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.

”Eeemhp.. aaah..”

Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.

”Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son” kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan ******ku masih di dalam liang senggamanyanya.

Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.

”Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya” kata Adek pelan.

Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.

”Aah .. Mas Son..” kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.

Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.

Kubimbing tangan Lina untuk memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.

”Aah .. Mas Son.. geli ..” hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.

Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.

”Aargh.. aah ..” Lina mulai menggelinjang.

Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.

”Ah.. Mas.. Son .. aah” suara Lina semakin terdengar parau.

Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.

”Ah.. jangan Mas Son .. ah..” kata Lina mendesis.

Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.

”Aah .. argh ..” desis Lina pelan.

Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.

”Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..” teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.
”Aaah.. Mas ..” teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.

Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.

”Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son..” kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.

Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku sudah ada yang memegang lagi.

”Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina” kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang ******ku.

Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.

”Eeemph .. emmph ..” Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan ******ku.

Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.

”Aaah .. Mas Son ..” desis Adek sambil menggoyang pantatnya.

Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.

”Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok” kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.

Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ***** Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.

”Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..” lanjutnya keenakan.

Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.

”Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah..” desis Adek histeris.

Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.

”Aaarg ..” erangnya keras.

Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.

”Crut.. crut..”

Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.

”Aaah..” akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.

Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.

”Baunya seperti santan ya?” komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
”Ya udah. Semua dibereskan dulu” kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku *****
”Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.

Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi sepert

Ku Digerayangi Kakak Kelas SMU

"Kegilaan di Sekolah"

Namaku Risa atau biasanya dipanggil Icha. Aku memiliki wajah yang
sedikit indo didukung dengan badanku yang kata
teman-temanku seksi. Aku baru saja lulus SMU. Cerita ini adalah
pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku SMA kelas 1. Hari ini
pelajaran yang diberikan belum terlalu banyak karena kami masih
dalam tahap transisi dari murid SMP menjadi murid SMU. Tak
terbayang olehku dapat masuk ke SMU yang masih tergolong
favorit di ibu kota ini. Impianku sejak dulu adalh memakai seragam
putih abu-abu karena seragam ini memiliki model rok yang lebih
membuatku kelihatan seksi.

Diantara teman-teman baruku ada seorang cowok yang amat menarik
perhatianku, sebut saja namanya Indra. Membayangkan
wajahnya saja bisa membuatku terangsang. Aku sering melakukan
masturbasi sambil membayangkan Indra. Walaupun sering
bermasturbasi tapi saat itu aku belum pernah bercinta atau ngentot,
bahkan petting juag belum. Entah setan apa yang masuk ke dalam
otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kepada
Indra. Maka saat istirahat aku memanggil Indra.

"Dra, gue nggak tahu gimana ngomongnya.."
Aku benar-benar kalut saat itu ingin mundur tapi sudah telat.
"Dra gue sayang sama elo, lo maukan jadi cowok gue?"
Aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di
kelas (paling tidak sampai sekarang aku masih memakai
seragam lengkap. Indra hanya tersenyum, "Nanti aja ya gue jawabnya
pas pulang".

Selama jam pelajaran pikiranku tak menntu, "Gimana kalau Indra
enggak mau?" dalam hatiku, "Pasti gue jd bahan celaan!"
berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. Untungnya pelajaran belum
begitu maksimal. Bel pulang pun berdering, jantungku berdegup
cepat. Aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki
keberanian untuk menghampiri Indra dan menanyakan jawabannya. Saat
kelas sudah berangsur sepi Indra menghampiriku, "Bentar ya Cha, gue
dipanggil bentar" katanya. Aku menunggu sendirian di kelas.
"Jangan-jangan Indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku
bercinta?" kepalaku penuh pertanyaan. Hingga aku sama sekali tidak
dapat berpikir sehat. Dalam penantianku tiba-tiba ada
orang datang. Aku kecewa karena bukan Indra yang datang melainkan
Malik dan Ardy dari kelas I-3. Mereka menghampiriku, Malik di
depanku dan Ardy disampingku. Perlu diketahui mereka bisa dikarcwotakan
sangat jauh dari tampan. Dengan kulit yang hitam dan badan yang kurus
kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di
sekolah ini.

"Lagi nugguin Indra cha?" kata Malik.
"Koq tahu?" kataku.
"Tadi Indrai cerita."
Apa-apaan nih Indra pake cerita segala dalam hatiku.
"Lo suka sama Indra ya cha?" tanya Malik lagi. Aku cuma
diam saja.
"Koq diem?" kata Ardy.
"Males aja jawabnya," kataku.

Perasaan bt mulai menjalar tapi aku harus menahan karena pikirku
Ardy dan Malik adalah teman Indra.

"Koq lo bisa suka sama Indra sih cha?" tanya Ardy tapi kali ini
sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh
tangannya di pahaku.
"Indra ganteng dan enggak kurang ajar kayak lo!" sambil menepis
tangannya dari pahaku.
"Kurang ajar kaya gimana maksud lo?" tanya Ardy lagi sambil menaruh
tangannya lagi di pahaku dan mulai mengelus-elusnya.
"Ya kayak gini!" jawabku sambil menunjuk tangannya tapi tidak
menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka
disuruh Indra.
"Tapi enak kan?" kali ini Malik ikut bicara.

Ardy mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku pura-pura berontak
padahal dalam hati aku ingin ia melanjutkannya.
"Sudah jangan sok berontak," kata Malik sambil menunjukkan cengiran
lebarnya.
Makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku.
"Tadi bilang kita kurang ajar, eh sekarang malah ngangkang."
"Nantangin yah?" kata Malik.

Dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolon
g mejaku. Sekarang Ardy berganti mengerjai payudaraku,
tangan kirinya mengusafpbkuqp payudara kananku sedangkan mulutnya
menciumi dan menghisap payudara kiriku baqksehingga seragamku basah
tepat di daerah payudaranya saja. Malik yang berada [17tahun2.com] di
kolong meja menjilat-jilat paha sampai pangkal pahaku dan sesekali
lidahnyuzyjoda menyentuh memekku yang masih terbungkus CD tipisku yang
berwarna putih. Perprmcvebuatan mereka membuatku menggelinjang dan
sesaat membuatku melupakan Indra. Awdjnyrdy melepas kancing kemeja
seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragojufaram itu entah
kemana. Merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku.
Linxjtzqdahnya menari-nari di putingku membuatnya menjadi semakin membesar.

"Ough qgbetDy sudah dong, gimana nanti kalau ketauan," kataku
"Tenang aja guru sudah pahqjdbsda pulang," kata Malik dari dalam rokku.

Sedangkan Ardy terus mengerjai keelmtydua payudaraku memilinnya,
meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. tnheybAku benar-benar
tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. Aku merasakaibvfzgn ada
sesuatu yang basah mengenai memekku, aku rasa Malik menjilatinya. Aku
tydfjak dapat melihatnya karena tertutupi oleh rokku.

Perlakuan mereka sungguh izsqmembuatku melayang. Aku merasa kemaluanku
sudah amat basah dan Malik menarik aqxuvlepas CDku dan melemparnya juga.
Ia menyingkap rokku dan terus menjilati kemaeydhabluanku. Tak berapa
lama aku merasa badanku menegang. Aku sadar aku akan orgasdecjme. Aku
merasa amat malu karena menikmati permainan ini. Aku melenguuh panjan
[17tahun2.com] g, setengah berteriak. Aku mengalami orgasme di depan 2
orang buruk rupa yangalgerf baru aku kenal.

"Ha.. ha.. ha.. ha.." mereka tertawa berbarengan.
"Ternyicaurfata lo suka juga yah?" kata Ardy sambil tertawa.
"Jelaslah," sambung Malik.
gaiczs "SMP dia kan dulu terkenak pecunnya," kata-kata mereka membuat
telingaku panctprhas.

Kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. Mreka
memlofdpbuka pakaiannya. Oh.. ini pertama kalinya aku melihat kontol
secara langsung.mefyga Biasanya aku hanya melihat di film porno. Malik
membuka lebar pahaku dan mengizdaruh kakiku di atas pundaknya.
Pelan-pelan ia memasukkan kontolnya ke liang sfsliveenggamaku.

"Ough, sakit Lik," teriakku.
"Tenang Cha, entar juga lo keenakfrzwdan," kata Malik.
"Ketagihan malah," sambung Ardy.

Perlahan-lahan ia mulai [17tahun2.com] menggenjotku, rasanya perih tapi
nikmat. Sementara Ardy meraih tanganku dan [17tahun2.com] menuntunnya ke
kontol miliknya. Ia memintaku mengocoknya. Malik memberi kode fsjckepada
Ardy, aku tidak mengerti maksudnya. Ardy mendekatkan kontolnya
kemulutyeojnku dan memintaku mengulumnya. Aku mejilatinya sesaat dan
kemudian memasukkann [17tahun2.com] ya ke mulutku.

"Isep kontol gue kuat-kuat cha" katanya.

Aku mulai menghuvjizisap dan mengocoknya dengan mulutku. Tampaknya ini
membuatnya ketagihan. Ia m [17tahun2.com] emaju mundurkan pinggangnya
lebih cepat. Disaat bersamaan Malik menghujamkan rmpqakontolnya lebih dalam.

"Mmmffhh" aku ingin berteriak tapi terhalang oleh k [17tahun2.com] ontol
Ardy.

Rupanya arti dari kode mereka ini, agar aku tak berteriak. Akuidhkn
sadar kevirginanku diambil mereka, oleh orang yang baru beberapa hari
aku kercnlqfnal.

"Ternyata masih ada juga anak SMP SB yang masih virgin"
"Memek cewek [17tahun2.com] virgin emang paling enak," kata Malik.

Dia menggenjotku semakin liar, danhdlq tanpa sadar goyangan pinggulku
dan hisapanku terhadap kontol Ardy juga semaklufzbin cepat. Tak lama aku
orgasme untuk yang kedua kalinya. Akupun menjadi sangakyvcdpt lemas tapi
karena goyangan Malik. Malik semakin liar akupun juga tetap
bergzfxhyuoyang dan menghisap dengan liarnya. Tak lama Malik menarik
keluar kontolnya duxipvaan melenguh panjang disusul derasnya semprotan
maninya ke perutku. Ia merasa ifmcpuas dan menyingkir.

Sudah 45 menit aku menghisap kontol Ardy tapi ia tak deczlkunjung
orgasme juga. Ia mencabut kontol dari mulutku, aku pikir ia akan
orgawpdvsbsme tapi aku salah. Ia telentang dan memintaku naik diatasnya.
Aku disetubuhidjigak dengan gaya woman on top. Aku berpegangan pada
dadanya agar tidak jatuh, sedqmafvangkan Ardy leluasa meremas susuku.
Sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba-tibbzqukta Malik mendorongku dan
akupun jatuh menindih Ardy. Malik menyingkap rokku yanjwprng selama
bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. Ia
muijcytlai mengorek-ngorek lubang anusku. Aku ingin berontak tapi aku
tidak ingin sazodjqfat ini selesai begitu saja. Jadi aku biarkan ia
mengerjai liang duburku.

Tkulbvzak lama aku yang sudah membelakanginya segera ditindah. Kontolnya
masuk ke daoryvlam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk-aduk duburku.
Tubuhku betul-betul [17tahun2.com] terasa penuh. Aku menikmati keadaan
ini. Sampai akhirnya ia mulai memasukkan xkmqypenuh kontolnya ke dalam
anusku. Aku merasakan perih dan nikmat yang tidak karuan. Jadilah
aku berteriak sekeras-kerasnya. Aku yang kesakitan tidak membuayjdpt
mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. Sekitar 15
menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku
orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Kali ini aku berteriak
amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih Ardy. Saat itu penjaga
sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yang sedang
dikerjai 2 orang biadab ini.

Goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme.
Aku yang sudah lemas hanya bisa pholeasrah saja menerima semua perlakuan
ini. Tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka
menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. Aku dapat merasakan
cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya.
Mereka mencabut kedua kontol mereka. Aku yang lemas dan hampir pingsan
langsung tersadar begitu mendengar Ardy berkata.

"Nih giliran Pak Maman ngerasain Icha"

Aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan kontolnya
yang lebih besar dari Ardy dan Malik dengan gagahnya mengangkangiku
seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. Ia menuntun kontolnya
ke mulutku untuk kuhisap. Aku kewalahan karena ukurannya
yang sangat besar. Melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati
mencabutnya. Tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. Ia
mengorek-ngorek kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama
akupun mengangkat pantatku. Aku sungguh takut ia menyodomiku.

Akhirnya aku bisa sedikit lega saat kontolnya menyentuh bibir
kemaluanku. Dua jarinya membuka memekku sedangkan
kontolnya terus mencoba memasukinya. Entah apa yang aku pikirkan,
aku menuntun kontolnya masuk ke memekku. Ia pun mulai
menggoyangnya perlahan. Aku secara tak sadar mengikuti irama dari
goyangannya. Rokku yang tersinggkap dibuka kancingnya dan
dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu-abuku melalui kepalaku.
Saat ini aku telah telanjang bulat. Tangannya meremas payudaraku
dan terus menggerayangi tubuhku. Disaat-saat kenikmatan aku tak
sengaja menoleh dan melihat Indra duduk di pojok. Dewi teman sebangkuku
mengoralnya yang lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu
mengarah ke dioceariku. Aku kesal tapi terlalu horny untuk berontak.
Akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh
orang yang aku sukai.

Pak Maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin
cepat. Tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu
orgasme dibandingkan mereka. Aku berteriak panjang dan disusul Pak
Maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut kontolnyaa dan
menyuruhku meghisapnya. Ia berteriak tak karuan. Menjambakku,
meremas-remas dadaku sampai akhirnya ia menembakkan maninya di
mulutku. Terdengar entah Malik, Ardy, atau Indra yang
berteriak telan semuanya. Aku pun menelannya. Mereka meninggalkanku
yang telanjang di kelas sendirian. Setelah mereka pergi aku
menangis sambil mencari-cari seragamku yang mereka lempar dan
berserakan di ruang kelas. Aku menemukan braku telah digunting tepat
di bagian putingnya dan aku menemukan CDku di depan kelas telah
dirobek-robek. Sehingga aku pulang tanpa CD dan bra yang robek
bagian putingnya. Di dekat tasku ada sepucuk memo yang bertuliskan.

Ku Gerayangi Pasien ku

ketiga saya buka praktek disini seluruhnya jalan biasa-biasa saja layaknya layaknya praktek dokterr umum yang lain. pasien beragam usia serta status sosialnya. biasanya datang ke area praktekku dengan keluhan yang juga tidak ada yang istimewa. flu, radang tenggorokan, sakit perut, maag, masalah pencernaan, dan lain-lain.

akupun tidak ada problem jalinan dengan beberapa pasien. biasanya mereka senang atas hasil diagnosisku, apalagi beberapa besar pasien adalah pasien “langganan”, berarti mereka telah berkali-kali konsultasi kepadaku perihal kesehatannya. serta, saat saya iseng memeriksa file-file pasien, saya baru mengerti bahwa 70 persen pasienku yaitu ibu-ibu muda yang berusia antar 20 - 30 th.. tak tahu mengapa saya kurang tahu.

“mungkin dokter ganteng serta baik hati” kata nia, suster yang sepanjang ini membantuku.

“ah anda. dapat aja”

“bener dok” timpal tuti, yang bertugas mengurus administrasi praktekku.

oh ya, sehari-hari saya dibantu oleh ke-2 wanita itu. mereka seluruh telah menikah. saya juga telah menikah serta mempunyai satu anak lelaki usia 2 th.. umurku saat ini menyambut 30 th..

saya juga berdasar teguh pada sumpah serta norma dokter saat menangani beberapa pasien. penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka, juga saya tidak “pelit waktu”. barangkali factor inilah yang bikin beberapa ibu muda itu datang ke tempatku. di antara mereka apalagi tidak mengeluhkan perihal penyakitnya saja, namun juga tentang kehidupan tempat tinggal tangganya, hubungannya dengan suaminya. saya menanggapinya dengan profesional, tidak pingin melibatkan dengan pribadi, dikarenakan saya menyukai isteriku.

seluruhnya jalan layaknya biasa, lumrah, hingga satu hari datang ny. syeni ke meja praktekku..

kuakui wanita muda ini memanglah cantik serta seksi. berkulit kuning bersih, layaknya biasanya wanita keturunan tiong-hwa, parasnya serupa bintang film hongkong yang saya lupa namanya, langsing, lumayan tinggi, serta …. inilah yang mencolok : dadanya demikian menonjol ke depan, membulat tegak, terlebih sore ini dia kenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris horsontal kecil2 warna krem, yang semakin mempertegas keindahan wujud sepasang payudaranya. dipadu dengan rok mini warna coklat tua, yang bikin sepasang kakinya mulusnya semakin “bersinar”.

dari kartu pasien tercantum syeni namanya, 28 th. umurnya.

“kenapa bu. ” sapaku.

“ini dok. sesak bernafas, hidung mampet, trus perut saya mules”

“kalau menelan suatu hal sakit engga bu “

“benar dok”

“badannya panas ?”

telapak tangannya ditempelkan ke dagunya.

“agak anget kayanya”

kayanya radang tenggorokan.

“trus mulesnya. kebelakang terus engga”

“iya dok”

“udah berapakah kali dari pagi”

“hmmm. 2 x”

“ibu ingat makan apa saja tempo hari ?”

“mmm terasa engga ada yang istimewa. makan biasa saja di rumah”

“buah2 an ?”

“oh ya. tempo hari saya makan mangga, 2 buah”

“coba ibu baring disitu, saya perika dulu”

sekilas paha putih mulusnya tersingkap saat ibu muda ini menaikkan kakinya ke dipan yang memanglah agak tinggi itu.

layaknya biasa, saya dapat memeriksa pernafasannya dulu. saya pernah bingung. bukan hanya dikarenakan dadanya yang terus menonjol meskipun dia berbaring, namun semestinya dia menggunakan pakaian yang ada kancing ditengahnya, agar saya mudah memeriksa. kaos yang dipakainya tidak berkancing.

stetoskopku telah kupasang ke kuping

ny. syeni rupanya tahu kebingunganku. dia tidak kalah bingungnya.

“hmmm bagaimana bu”

“eh.. hmmm.. gini saja ya dok” tuturnya sembari agak sangsi melepas ujung kaos yang tertutup roknya, serta menyingkap kaosnya tinggi-tinggi hingga di atas puncak bukit kembarnya. kontan saja perutnya yang mulus serta cup bhnya terlihat.

oohh. bukan hanya main indahnya tubuh ibu muda ini. perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di dalamnya serta bh krim itu terlihat ketat melekat pada buah dadanya yang ampuun.. putihnya. serta menjulang.

sejenal saya menenangkan diri. saya telah biasa sesungguhnya lihat dada wanita. namun saat ini, langkah ibu itu buka kaos tidak biasa. tidak dari atas, namun dari bawah. saya terus berlaku profesional serta memanglah tidak ada sedikitpun niatan untuk berbuat lebih.

bila wanita didalam posisi berbaring, jelas dadanya dapat terlihat lebih rata. namun dada nyonya muda ini lain, belahannya terus terbentuk, seperti lembah sungai diantara 2 bukit.

“maaf bu ya.. ” kataku sembari menyingkap lagi kaosnya lebih keatas. tidak ada maksud apa-apa. supaya saya lebih leluasa memeriksa tempat dadanya.

“engga apa-apa dok” kata ibu itu sembari membantuku menahan kaosnya dibawah leher.

dikarenakan situasi tempat dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu “harus” menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.

“ambil nafas bu. ”

meskipun tanganku tidak menyentuh segera, melewati stetoskop saya bisa rasakan begitu kenyal serta padatnya payudara indah ini.

jelas, banyak lender di saluran pernafasannya. ibu ini menderita radang tenggorokan.

“maaf bu ya.. ” kataku sembari mulai memencet-mencet serta mengetok perutnya. prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas.

jelas, tak hanya mulus serta halus, perut itu kenyal serta padat juga. bila yang ini tanganku merasakannya segera.

jelas juga, gejalanya khas disentri. penyakit yang memanglah tengah musim berbarengan tibanya musim buah.

“cukup bu. ”

syeni bangkit serta turunkan kakinya.

“sakit apa saya dok” tanyanya. pertanyaan yang biasa. yang tidak biasa yaitu syeni tetap membiarkan kaosnya tersingkap. belahan dadanya semakin tegas dengan posisnya yang duduk. ada perihal lain yang juga tidak biasa. rok mini coklatnya semakin tersingkap memperlihatkan sepasang paha mulus putihnya, dikarenakan kakinya menjulur ke bawah meraih-gapai sepatunya. sungguh panorama yang sangat indah.

“radang tenggorokan serta disentri”

“disentri ?” tuturnya sembari perlahan mulai turunkan kaosnya.

“benar, bu. engga apa-apa kok. kelak saya kasih obat” meskipun dada serta perutnya telah tertutup, wujud badan yang tertutup kaos ketat itu terus enak dilihat.

“karena apa dok disentri itu ?” sepasang pahanya tetap terbuka. ah ! mengapa saya lantas nakal begini ? sungguh mati, baru saat ini saya “menghayati” wujud tubuh pasienku. apa dikarenakan pasien ini memanglah luar biasa indahnya ? atau dikarenakan langkah buka baju yang tidak sama ?

“bisa dari bakteri yang ada di mangga yang ibu makan kemarin” syeni telah turun dari pembaringan. tinggal lutut serta kaki mulusnya yang tetap “tersisa”

oo.. ada lagi yang dapat di nikmati, goyangan pinggulnya pada saat dia jalan kembali ke area duduk. saya baru mengerti bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. hah ! saya semakin kurang ajar. ah engga.. saya tidak berbuat apa pun. hanya tidak melupakan panorama indah. tetap lumrah.
saya berikan resep. Cerita Sex Dewasa Ngentot Terbaru Dokter Dengan Pasien Hot Montok


“sebetulnya ada lagi dok”

“apa bu, kok engga sekalian tadi” saya telah siap berkemas. ini pasien paling akhir.

“maaf dok.. saya cemas.. emmm.. ” diam.

“khawatir apa bu “

“tante saya kan dulu terkena kangker payudara, saya cemas. ”

“setahu saya. itu bukan hanya penyakit keturunan” kataku memotong, telah siap2 akan pulang.

“benar dok”

“ibu rasakan keluhan apa ?”

“kalau saya ambillah nafas panjang, merasa ada yang sakit di dada kanan”

“oh. itu masalah pernafasan dikarenakan radang itu. ibu rasakan ada satu benjolan engga di payudara” tanpa disadarinya ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar2 montok itu.

“saya engga tahu dok”

“bisa ibu periksa sendiri. sarari. periksa payudara sendiri” kataku.

“tapi saya kan engga meyakini, benjolan yang kaya apa.. ”

apakah ini bermakna saya mesti memeriksa payudaranya ? ah engga, bisa-bisa saya dituduh pelecehan seksual. saya serba salah.

“begini saja bu, ibu saya tunjukin langkah memeriksanya, kelak dapat ibu periksa sendiri di tempat tinggal, serta laporkan akhirnya pada saya”

saya memeragakan langkah memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, ambil boneka manequin sebagai jenis.

“baik dok, saya dapat periksa sendiri”

“nanti bila obatnya habis serta tetap ada keluhan, ibu dapat balik lagi”

“terima kasih dok”

“sama-sama bu, selamat sore”

wanita muda cantik serta seksi itu berlalu.

lima hari lantas, ny syeni muncul lagi di area praktekku, juga sebagai pasien paling akhir. saat ini ia kenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memanglah prima memiliki bentuk, bukan hanya kaos ketat layaknya kunjungan lantas. tetap dengan rok mininya.

“gimana bu. telah baikan”

“udah dok. jika nelen telah engga sakit lagi”

“perutnya ?”

“udah enak”

“syukurlah … trus, apa lagi yang sakit ?”

“itu dok.. hhmmm.. kecemasan saya itu dok”

“udah di check belum.. ?”

“udah sih. hanya …” dia tidak melanjutkan kalimatnya.

“cuman apa. ”

“saya engga meyakini apa itu benjolan atau bukan hanya.. ”

“memang merasa ada, gitu “

“kayanya ada kecil. namun ya itu. saya engga yakin”

mendadak saya berdebar-debar. apa benar dia minta saya yang memeriksa. ? ah, janganlah ge-er anda.

“maaf dok.. apa dapat …. saya pingin yakin” tuturnya lagi sesudah sebagian waktu saya berdiam diri.

“maksud ibu, pingin saya yang periksa” kataku tiba2, layaknya di luar kontrol.

“eh.. iya dok” tuturnya sembari senyum tidak tebal malu2. berwajah merona. senyuman manis itu semakin mengingatkan pada bintang film hongkong yang saya tetap juga tidak ingat namanya.

“baiklah, bila ibu yang minta” saya semakin deg-degan. ini namanya rejeki nomplok. sebentar lagi saya dapat merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih serta mulus !

oh ya. lin chin shia nama bintang film itu, bila engga salah eja.

tanpa disuruh syeni segera menuju area periksa, duduk, mengangkat kakinya, serta segera berbaring. berdegup jantungku, pada saat dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas cd-nya tampak, hitam juga warnanya. ah. paha itu lagi. semakin membuatku nervous. ah lagi, penisku bangun ! baru saat ini saya terangsang oleh pasien.

“silakan di buka kancingnya bu”

syeni buka kancing pakaiannya, semua kancing ! kembali saya nikmati panorama layaknya yang lantas, perut serta dadanya yang tertutup bh. saat ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.

“dada kanan bu ya. ”

“benar dok”

sembari sekuatnya menahan diri, saya turunkan tali bh-nya. tidak urung jari2ku gemetaran juga. bagaimana tidak. buka bh wanita cantik, layaknya mengawali sistem fore-play saja..

“maaf ya bu. ” kataku sembari mulai mengurut. tanpa buka cup-nya, saya cuma menyelipkan ke-2 telapak tanganku. wow ! bukan hanya main padatnya buah dada wanita ini.
mengurut tepi-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.

“yang mana bu benjolan itu ?”

“eehh. di dekat putting dok. sebelah kanannya. ”

saya menggeser cup bhnya lebih kebawah. saat ini semakin banyak sisi buah dada itu yang terlihat. semakin membuatku gemetaran. tak tahu dia rasakan getaran jari-jariku atau engga.

“dibuka saja ya dok” tuturnya tiba2 sembari tangannya segera ke punggung buka kaitan bhnya tanpa menanti persetujuanku. oohhh. janganlah dong. saya lantas tersiksa lho bu, kataku didalam hati. namun engga apa-apa lah..

cup-nya mengendor. daging bulat itu seolah terbebas. serta.. syeni memelorotkan sendiri cup-nya …

saat ini bulatan itu terlihat dengan utuh. oh indahnya … benar2 bundar bulat, putih mulus halus, serta yang membuatku tersengal, putting kecilnya berwarna pink, merah jambu !

kuteruskan urutan serta pencetanku pada daging bulat yang mengundang selera ini. jelas saja, sengaja atau tidak, berapa kali jariku menyentuh putting merah jambunya itu..

serta.. putting itu membesar. meskipun kecil namun menunjuk ke atas ! lumrah saja. wanita bila disentuh buah dadanya dapat menegang putingnya. lumrah juga bila nafas syeni sedikit memburu. yang tidak lumrah yaitu, syeni memejamkan mata seolah tengah dirangsang !

memanglah ada sedikit benjolan di situ, namun ini sih bukan hanya tanda2 kangker.

“yang mana bu ya. ” saat ini saya yang kurang ajar. pura-pura belum mendapatkan supaya dapat terus meremasi buah dada indah ini. penisku benar2 tegang saat ini.

“itu dok. cobalah ke kiri lagi.. ya. itu. ” tuturnya sembari tersengal-sengal. jelas sekali, disengaja atau tidak, syeni sudah terrangsang.

“oh. ini.. bukan hanya bu. engga apa-apa”

“syukurlah”

“engga apa-apa kok” kataku tetap terus meremasi, mustinya telah berhenti. apalagi dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras ! namun syeni membiarkan kenakalanku. apalagi dia merintih, sangat pelan, sembari merem ! untung saya cepat sadar. kulepaskan buah dadanya dari tanganku. matanya mendadak terbuka, sekilas ada cahaya kekecewaan.

‘cukup bu” kataku sembari mengembalikan cup ke tempatnya. namun …

“sekalian dok, di check yang kiri. ” tuturnya sembari menggeser bh nya ke bawah. hah ? saat ini sepasang buah sintal itu terbuka semuanya. panorama yang merangsang.. putting kirinyapun telah tegang. sesaat saya bimbang, kuteruskan, atau tidak. bila kuteruskan, ada kemungkinan saya tidak dapat menahan diri lagi, keterusan serta,,,, melanggar sumpah dokter yang sepanjang ini kujunjung tinggi. bila tidak kuteruskan, bermakna saya menampik hasrat pasien, serta terus terang rugi juga dong. saya kan pria tulen yang normal. didalam kebimbangan ini sudah pasti saya memelototi terus sepasang buah indah ciptaan tuhan ini.


“kenapa dok ?” pertanyaan yang mengagetkan.

“ah.. engga apa-apa … hanya kagum” ah ! kata-kataku meluncur demikian saja tidak termonitor. mulai nakal anda ya, kataku didalam hati.

“kagum apa dok” ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. telah jelas kok ditanyakan.

“indah. ” lagi-lagi saya terlepas kontrol

“ah. dokter dapat saja.. indah apanya dok” lagi-lagi pertanyaan yang tidak butuh.

“apalagi. ”

“engga kok. biasa-biasa aja” ah mata sipit itu.. mata yang mengundang !

“maaf bu ya. ” kataku lantas mengalihkan perbincangan serta hindari sorotan matanya.

kuremasi dada kirinya dengan ke-2 belah tangan, cocok prosedur.

jamanngannya makin keras serta kerap, matanya merem-melek. wah. ini sih engga beres nih. serta semakin engga beres, syeni menuntun tangan kiriku untuk geser ke dada kanannya, serta tangannya turut meremas ikuti gerakan tanganku.. jelas ini bukan hanya gerakan sarari, namun gerakan merangsang seksual. herannya saya nurut saja, apalagi nikmati.

Cerita Sex Dewasa Ngentot Terbaru Dokter Dengan Pasien Hot Montok

saat rintihan syeni semakin tidak teratasi, saya cemas bila ke-2 suster itu berprasangka buruk. jikalau suster itu masuk ruangan, tetap safe, dikarenakan dipan-periksa ini ditutup dengan korden. serta. benar juga, kudengar ada orang memasuki area praktek. saya segera berikan isyarat untuk diam. syeni kontan membisu. lantas saya bersandiwara.

“ambil nafas bu ” seolah tengah memeriksa. terdengar orang itu keluar lagi.

tidak dapat diteruskan nih, reputasiku yang baik sepanjang ini dapat hancur.

“udah bu ya. tidak ada sinyal tanda kangker kok”

“dok.. ” tuturnya serak sembari menarik tanganku, mata terpejam serta mulut 1/2 terbuka. ke-2 bulatan itu bergerak naik-turun ikuti alunan nafasnya. saya tahu keinginanya. saya telah terangsang. namun periode saya melayani keinginan aneh pasienku ? di area periksa ?

gila !

tak tahu bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami telah beradu. kami berciuman hebat. bibirnya manis terasa.

saya sadar kembali. melepas.

“dok.. please. ayolah. ” tangannya meremas celana pas di penisku

“ih kerasnya.. ”

“engga dapat dong bu.. ’

“dokter telah siap gitu. ”

“iya.. memanglah.. namun periode. ”

“please dokter.. cumbulah saya. ”

saya bukannya tidak akan, bila telah tinggi begini, siapa sih yang menampik bersetubuh dengan wanita molek begini ?

“nanti saja. tunggulah mereka pulang” selanjutnya saya larut juga.

“saya telah engga tahan. ”

“sebentar lagi kok. ayo, rapiin pakaiannya dulu. ibu pura-pura pulang, kelak sesudah mereka pergi, ibu dapat kesini lagi” selanjutnya saya yang engga tahan serta berikan jalur.

“okey.. okey. bener ya dok”

“bener bu”

“kok ibu sih manggilnya, syeni saja dong”

“ya syeni” kataku sembari mengecup pipinya.

“ehhhhfff”

demikian syeni keluar ruangan, nia masuk.

“habis dok”

dia segera berberes. rapi kembali.

“dokter belum akan pulang ?”

“belum. silahkan duluan”

“baiklah, kita duluan ya”

saya amati mereka berdua keluar, hingga hilang di kegelapan. saya mencari-cari wanita molek itu. sesuatu baby-bens meluncur masuk, lantas parkir. si tubuh indah itu muncul. saya berikan kode edipkan mata, lantas masuk ke area periksa, menanti.
syeni masuk.

“kunci pintunya” perintahku.

hingga di area periksa syeni segera memelukku, jamant sekali.

“dok …”

“ya. syeni. ”

tidak butuh kalimat lagi, bibir kami segera berpagutan. lidah yang lincah serta pakar menelusuri rongga-ronga mulutku. ah wanita ini.. betul-betul.. ehm..

sembari tetap berpelukan, syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menumpukan pinggangnya pada pinggiran dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. gile bener..

saya tidak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dan lain-lain. di hadapanku berdiri wanita muda cantik serta sexy, dengan style menantang.

kubuka kancing pakaiannya satu-persatu hingga semuanya lepas. tampaklah ke-2 gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup bh hitam yang tadi saya urut serta remas-remas. saat ini gumpalan itu terlihat lebih menonjol, dikarenakan posisinya tegak, tidak berbaring layaknya waktu saya meremasnya tadi. benar2 mendebarkan..

syeni buka blousenya sendiri sampai jatuh ke lantai. lantas tangannya ke belakang melepas kaitan bhnya di punggung. di waktu tangannya ke belakang ini, buah dadanya terlihat semakin menonjol. saya tidak tahan lagi …

kurenggut bh hitam itu serta kubuang ke lantai, serta sepasang buah dada syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih terlihat semuanya dihadapanku. sepasang putingnya sudah mengeras. tidak ada yang dapat kuperbuat tak hanya menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.

“ooohhh.. maaassss.. ” syeni merintih keenakan, saat ini ia memanggilku mas !

saya engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak sulit saya menggigitnya. putingnya juga istimewa. tak hanya merah jambu warnanya, juga kecil, “menunjuk”, serta keras. tampaknya, belum seorang bayipun menyentuhnya. sjeni memanglah ibu muda yang belum mempunyai anak.

“maaaasss.. sedaaaap.. ” rintihnya saat saya menjilati serta mengulumi putting dadanya.

syeni merubah posisi bersandarnya berubah semakin ke sedang dipan serta saya ikuti gerakannya supaya mulutku tidak kehilangan putting yang menggairahkan ini. lantas, perlahan dia merebahkan tubuhnya sembari memelukku. akupun turut rebah serta menindih tubuhnya. kulanjutkan meng-eksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan serta kiri.
tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba2 saat ini bergerak menampik punggungku.

“lepas dulu dong pakaiannya. mas. ” kata syeni

saya turun dari pembaringan, segera mencopoti pakaianku, semuanya. namun pada saat saya akan melepas cd-ku, syeni mencegahnya. sembari tetap duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang muncul keluar dari cdku, membuatku semakin tegang saja.. lantas, dengan perlahan dia turunkan cd-ku sampai terlepas. saya sudah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy serta telanjang dada.

“wow.. bukan hanya main.. ” tuturnya sembari menatap penisku.

wah. tidak adil nih, saya telah bugil namun dia tetap dengan rok mininya. kembali saya naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, serta mulai melepas kaitan serta rits rok pendeknya. perlahan juga saya turunkan rok pendeknya. serta …. gila !

waktu menarik roknya ke bawah, saya menginginkan dapat menjumpai cd hitam yang tadi sebelum saat memeriksa dadanya, pernah kulihat sekejap. yang “tersaji” saat ini di hadapanku bukan hanya cd hitam itu, walau keduanya sama warna hitam, tetapi bulu-bulu halus tidak tebal yang tumbuh di permukaan kewanitaan syeni, tidak merata. bulu-bulu itu tumbuh tidak demikian banyak, namun alurnya jelas dari sisi sedang kewanitaannya ke arah tepi. saya semakin “pusing”

kemana cd-nya ? oh.. dia telah siap menyambutku rupanya. serta syeni kulihat senyum tidak tebal.

“ada di mobil” tuturnya menjawab kebingunganku melacak cd hitam itu.

“kapan melepasnya ?”

“tadi, sebelum saat turun


kupelorotkan roknya hingga benar2 terlepas.. saat ini tubuh ibu muda yang putih itu semuanya terbuka. nyatanya dibawah rambur kelaminnya, terlihat beberapa clit-nya yang berwarna merah jambu juga ! bukan hanya main. serta nyatanya, pahanya lebih indah bila terlihat semuanya begini. putih bersih serta bulat.

syeni lantas buka kakinya. clitnya semakin jelas, benar, merah jambu. saya segera meletakkan pinggulku diantara pahanya yang buka, merebahkan tubuhku menindihnya, serta kami berciuman lagi. tidak lama kami berpagutan, dikarenakan..

“maass.. masukin mas.. syeni telah engga tahan lagi.. ” wah. dia maunya segera saja. telah ngebet benar dia rupanya. saya bangkit. buka pahanya lebih lebar lagi, meletakkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, serta mulai menghimpit.

“uuuuuhhhhhh.. sedaaaapppp.. ” rintihnya. walau sebenarnya baru kepala penisku saja yang masuk.

saya menghimpit lagi.

“ouufff.. pelan-pelan dong mas.. ”

“sorry …” saya kayanya tergesa-gesa. atau vag|na syeni memanglah sempit.

saya cobalah lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, namun tentu … hingga penisku tenggelam semuanya. benar, vaginanya memanglah sempit. gesekannya sangat merasa di batang penisku. ohh enaknya..

sprei di pembaringan bikin pasien itu lantas acak2an. dipannya berderit tiap-tiap saya lakukan gerakan menusuk.

sadarkah kau ?

siapa yang anda setubuhi ini ?

pasienmu serta isteri orang !

tentunya anda tidak bisa lakukan ini.

habis, dia sendiri yang menghendaki. periode minta di check buah dadanya, salah siapa dia mempunyai buah dada yang indah ? siapa yang minta saya merabai serta memijiti buah dadanya ? siapa yang menghendaki remasannya dilanjutkan meskipun saya telah katakan tidak ada benjolan ? okey, deh. dia seluruh yang menghendaki itu. namun anda kan dapat menampiknya ? mengapa mencukupi seluruh keinginan yang tidak lumrah itu ? lagipula, anda yang minta dia agar datang lagi sesudah beberapa pegawaimu pulang. okey deh, saya yang minta dia datang lagi. namun kan siapa yang tahan lihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita serta minta disetubuhi ?

begitulah, saya berdialog dengan diriku sendiri, sembari terus menggenjot memompa diatas tubuh telanjangnya … hingga saatnya tiba. waktunya mempercepat pompaan. waktunya puncak jalinan seks nyaris tiba. serta sudah pasti waktunya mencabut pen|s untuk dikeluarkan di perutnya, melindungi perihal yang lebih jelek lagi.
namun kaki syeni menjepitku, menahan saya mencabut penisku.

dikarenakan memanglah saya tidak dapat menahan lagi.. creetttttttt........... kesempr otkan kuat-kuat air maniku ke didalam tubuhnya, ke didalam vag|na syeni, sembari mengejang serta mendenyut ….

lantas saya rebah lemas diatas tubuhnya.

tubuh yang sangat basah oleh keringatnya, serta keringatku juga. …

oh.. baru saat ini saya menyetubuhi pasienku.

pasien yang mempunyai vag|na yang “legit”..

saya tetap lemas menindihnya saat handphone syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. muka syeni mendadak memucat. dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lantas menggapai hpnya sembari berikan kode agar saya diam. memegang hp berdiri agak menjauh membelakangiku, tetap bugil, serta bicara agak berbisik. saya tidak dapat jelas mendengar percakapannya. lucu juga tampaknya, orang menelepon sembari telanjang bulat ! kuperhatikan tubuhnya dari belakang. memanglah wujud tubuh yang ideal, wujud tubuh serupa gitar spanyol.

“siapa syen” tanyaku.

“koko, suamiku” oh.. mendadak saya jadi bersalah.

“curiga ya dia”

“ah. engga. ” tuturnya sembari menghambur ke tubuhku.

“syeni katakan, tetap belum bisa giliran, nunggu 2 orang lagi” lanjutnya.

“suamimu tahu anda kesini”

“iya dong, memanglah syeni akan ke dokter” tiba2 dia memelukku jamant2.

“terima kasih ya mas … nikmat sekali.. syeni puas”

“ah periode.. “

“iya bener.. mas hebat mainnya. ”

“ah. engga usah basa basi”

“bener mas.. jadi syeni akan lagi. ”

“ah. udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu”

“lain kali syeni akan lagi ya mas”

“gimana kelak saja.. entar lantas lagi”

“jangan cemas, syeni gunakan iud kok” inilah jawaban yang kuinginkan.

“oh ya.. ?”

“si koko belum pengin mempunyai anak”

kami berberes. syeni memungut bh serta blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus kenakan blousenya, bukan hanya bh-nya dulu. nyatanya bh-nya dimasukkan ke tas tangan.

“kok bh-nya engga digunakan ?”

“entar saja deh di rumah”

“entar berprasangka buruk lho, suamimu”

“ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor”

dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. sexy banget wanita muda yang baru saja saya setubuhi ini. blose ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa bh. bauh dada itu berguncang saat dia kenakan rok mini-nya. saya terrangsang lagi … langkah syeni kenakan rok sembari sedikit bergoyang sexy sekali. terlebih saya tahu di balik blouse itu tidak ada penghalang lagi.

“kok ngliatin saja, gunakan dong bajunya”

“habis. anda sexy banget sih …”

“ah.. periode.. kok pakaiannya belum digunakan ?”

“entar ajalah. akan mandi dulu. ”

selesai kenakan pakaian, syeni memelukku yang tetap bugil jamant2 hingga bungkahan daging dadanya merasa terjepit di dadaku.

“syeni pulang dulu ya yang. kapan-kapan syeni akan lagi ya. ”

“iya.. deh. siapa yang dapat menampik.. ” namun, mengapa nih.. penisku kok bangun lagi.

“eh.. bangun lagi ya.. ” syeni nyatanya menyadarinya.

saya tidak menjawab, cuma balas memeluknya.

“mas akan lagi. ?”

“ah. anda kan ditunggu suami kamu”

“masih ada waktu kok …” tuturnya mulai menciumi wajahku.

“udah malam syen, lain kali aja”

syani tidak menjawab, jadi meremasi penisku yang telah tegang. lantas dituntunnya saya menuju meja kerjaku. disingkirkannya benda2 yang ada di meja, lantas saya didudukkan di meja, mendorongku sampai punggungku rebah di meja. lantas syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku serta diarahkan ke liang vaginanya, terus syeni menghimpit ke bawah duduk di tubuhku. ..

penisku segera menerobos vaginanya..

syeni bergoyang seperti naik kuda.

sekali lagi kami bersetubuh.

saat ini syeni dapat menccapai klimaks, sebagian detik sebelum saat saya menyemprotkan vaginanya dengan air maniku …

lantas dia rebah menindih tubuhku.. lemas lunglai.

“kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana.. ” tuturnya sebelum saat pergi.

“ngaco. suamimu. ?”

“kalo dia tengah engga ada dong.. ”

baiklah, kutunggu undanganmu.

sejak “peristiwa syeni” itu, saya lantas semakin nikmati pekerjaanku. menjelajahi dada wanita dengan stetoskop membuatku lantas “syur”, walau sebenarnya sebelum saat itu, adalah pekerjaan yang menjemukan. terlebih ibu-ibu muda sebagai pasienku semakin banyak saja serta banyak diantaranya yang sexy